Tuesday, May 5, 2009

Segelas Anggur Padatkan Tulang Manula

Segelas anggur atau sebotol bir sehari bisa membuat tulang manula menjadi kuat. Namun, jika minum lebih dari itu, akan mengakibatkan kerapuhan tulang. Demikian hasil penelitian terbaru dari Human Nutrition Research Centre on Aging di Tufts University, Bonston.
Menurut penelitian yang dilakukan terhadap laki-laki dan perempuan berusia lebih dari 60 tahun itu, alkohol membuat bone mineral density (BMD) yang menjadi tinggi. "Kami melihat gabungan yang kuat antara BMD tinggi yang dimiliki peminum bir yang rata-rata laki-laki, dan peminum anggur yang rata-rata perempuan," kata Tucker, Direktur Program Penelitian Epidemologi di Tufts
Tucker memperkirakan silikon yang ditemukan dalam bir berkontribusi untuk menaikkan kepadatan tulang pada peminum bir.
Sementara itu, minuman yang berkarbonisasi cola justru akan menurunkan kepadatan tulang pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki.*
* Livescience.com

Percikan Pemikiran Perempuan Aceh

Percikan Pemikiran Perempuan Aceh / Mukhlisah, et.all.-- Banda Aceh: Yayasan Pena, 2007.

Perdebatan siapakah yang pantas disebut ulama merupakan polemik yang tak pernah tuntas. Pantaskah perempuan disebut sebagai ulama dan apakah ulama hanya milik prerogratif kaum laki-laki. Terlepas dari polemik di atas dalam perspektif masyarakat Aceh ulama senantiasa diidentikkan dengan sosok kharismatik yang memiliki kapasitas keilmuan dalam membimbing ummat ke arah pembentukan pribadi tercerahkan. Sebuah pencerahan yang diorientasikan pada terwujudnya umat yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan emosional.
Dalam peran dan tanggung jawabnya itu sosok ulama dianggap sebagai pewaris para nabi yang berupaya membumikan risalah ketuhanan dalam konteks sosial dalam lintas budaya dan tempat. Jati diri seorang ulama semakin teruji ketika ia berjaya menjadi setetes embun bagi manusia modern yang kian haus akan nilai-nilai spiritualitas dan menjadi obor penerang dalam kegalapan di tengah arus globalisasi yang semakin mendunia.
Dinamika perubahan yang diakibatkan arus modernitas yang melanda hampir semua aspek kehidupan manusia telah menimbulkan sebuah tantangan baru bagi sosok ulama dalam mengartikulasikan diri dan menjawab berbagai problem yang ada. Bagaimana seorang ulama dalam era kekinian harus mampu menunjukkan eksistensinya sebagai agent pengayom yang dapat memberikan sepercik pencerahan pemikiran ketika umat dilanda berbagai problematika modern yang memerlukan solusi yang bijak.
Buku ini merupakan kumpulan karya beberapa pemikir perempuan yang dianggap sebagai represensi kaum intelektual perempuan Aceh secara umum. Mereka mencoba bertutur tentang sekelumit problematika perempuan dan tanggung jawab sosialnya sebagai sosok yang mempunyai integritas keilmuan dalam menjawab isu-isu kontemporer.